Manusia dan Kebudayaan
ILMU BUDAYA DASAR
Manusia dan kebudayaan
Manusia
Terdapat
beberapa definisi manusia antara lain:
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua
makhluk natural dan supranatural,
manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah
kemauan bebas.
3. Manusia adalah makhluk yg sadar.Kesadaran dalam arti
bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia
eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu
menganalisa masing-masing realita dan peristiwa.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa
ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya
sendiri ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah
lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan
ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk
mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam
pergerakan dan evolusi manusia.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul
pertanyaan penting mengenai nilai.Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara
manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih
tinggi daripada motif manfaat timbul.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai
esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala
yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg
independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam
menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami.
Hakekat manusia
Hakekat Manusia antara lain:
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya
merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang
mengandung kemungkinan baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Unsur-unsur Manusia
Sebenarnya ada banyak sekali unsur-unsur
yang membangun manusia, namun dari sekian banyak unsur-unsur itu, di
sederhanakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu:
1. Unsur Jasmani
Unsur jasmani adalah semua hal yang berhubungan dengan
kebutuhan fisik manusia, seperti makan, minum, dan lain – lain. Yang jika tidak
di penuhi maka akan berakibat buruk bagi manusia itu.
2. Unsur Rohani
Sedangkan unsure rohani adalah semua hal yang berhubungan
dengan kebutuhan rohani, atau hati manusia, seperti agama atau keyakinan,
ketenangan hati, rasa aman, rasa bahagia dan lain-lain.
Unsur-unsur lain yang membentuk
manusia adalah :
1. Jasad : badan kasar manusia yang nampak pada luarnya,
dapat diraba dan difoto dan menempati ruang dan waktu.
2. Hayat : mengandung unsur hidup, yang ditndai dengan
gerak.
3. Ruh : bimbingan dan pimpinan tuhan, daya yang bekerja
secara spiritual dan memahami kebenaran,
suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya
kebudayaan.
4. Nafs : diri atau keakuan, yaitu
kesadaran tentang diri sendiri.
Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang
mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia &
Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang
terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian
yang mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi.
Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi
rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil
memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan
tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang
lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri
khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut memiliki suatu
kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa.
Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan terdapat
beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi orang
dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun.
Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas
kepribadian yang unik.
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari
negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu
yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih
banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari
masing-masing daerah.
Kebudayaan
Kita sering mendengar kata kebudayaan baik dalam
pengertian yang sempit maupun dalam pengertian yang luas, baik dalam pengertian
orang awam maupun pengertian keilmuan.
1. Dalam
pengertian sempit kebudayaan seringkali diartikan sebagai adat tradisi atau
kebiasaan sehingga seringkali dicontohkan dengan upacara adat.
2. Dalam
pengertian luas kebudayaan dipahami sebagai cara manusia mengelola kehidupanya.
Contohnya : adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam
3.
Menurut Orang awam, dimana orang awam menyebutkan kesenian, rumah adat atau
bangunan kuno sebagai kebudayaan
4.
Menurut bahasa :
Bahasa Sansekerta : Budhayah yaitu
bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal
Bahasa Belanda : kata budaya
berasal dari kata cultuur
Bahasa Latin : Colera yang
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani)
Bahasa Inggris : kata budaya
berasal dari kata culture
5.
Menurut para ilmuan :
Konsep
kebudayaan pertama kali dikembangkan menjelang akhir abad kesembilan belas,
tokoh pertama yang memberikan definisi yang jelas dan menyeluruh adalah E.B
Taylor pada tahun 1871.
-
Edward B. Taylor : Kebudayaan adalah
kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan kepercayaan, kesenian, hukum,
moral kebiasaan, serta lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh
manusia.
-
Ralp. Linton : Kebudayaan dalah
sejumlah total pengetahuan, sikap dan pola-pola tingkah laku yang dibiasakan,
yang dibagikan, dan ditransmisikan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
-
Kluchkhohn dan W.H. Kelly : Kebudayaan
adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah yang emplisit, implisit,
rasional, irrasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman-pedoman
yang potensial bagi tingkah laku manusia.
-
Clifford Geertz : Kebudayaan adalah
sistem makna dan simbol yang diatur dalam rangka interaksi sosial.
-
Kroeber : Kebudayaan adalah reaksi
motorik, kebiasaan, teknik, gagasan dan nilai yang dipelajari dan
ditransmisikan secara massal serta tingkah laku yang dipengaruhinya.
-
Googenaugh : Kebudayaan mengacu pada
sistem pengetahuan dan kebudayaan yang diorganisasikan dimana orang0orang
menstrukturkan pengalamn dan persepsi mereka,
menformulasikanaktivitas-aktivitasnya, serta memilih diantara berbagai
alternatif.
-
Keesing dan Keesing : Kebudayaan
adalah fenomena yang dapat diamati, yaitu pola-pola kehidupan didalam komunitas
yang berulang secara reguler serta pengaturan material dan sosial.
-
Eugene A. Nida
: Kebudayaan adalah perilaku manusia yang diajarkan terusmenerus dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
-
J. Verkuyl : Kebudayaan
sebagai sesuatu yang diajarkan manusia dan segala sesuatu yang dibuat oleh
manusia.
-
Ki Hajar
Dewantoro : Kebudayaan berarti buah budi manusia yaitu hasil
perjuangan manusia terhadap pengaruh kuat dari alam dan zaman ( kodrat dan
masyarakat ) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
baerbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupanya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
-
Robert H. Lowie : Kebudayaan adalah segala
sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat
istiadat, norma-norma aristik, kebiasaan makan serta keahlian yang diperoleh
bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang
didapat melalui pendidikan formal atau informal.
-
Koentjaraningrat
: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
-
Rafael R. Maran : Kebudayaan adalah cara khas
manusia membangun alam guna memebuhi keinginan-keinginan serta tujuan hidupnya,
yang dilihat sebagai proses humanisasi.
-
Selo Soemardjan
dan Soeleman Soemardi :
mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat.
-
Dan Herkoveits : Kebudayaan dari
lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
-
William H. Haviland : Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma
yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh
para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di
tarima ole semua masyarakat.
Dari berbagai definisi kebudayaan diatas terlihat bahwa
masing-masing definisi tidak mampu mewakili pengertian kebudayaan secara
menyeluruh, namun dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut
keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material.
Terkait dengan hal ini, koentjaraningrat mengemukakan
bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu :
1. Wujud
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan
peraturan. Wujud tersebut bersifat abstrak.
2. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut
tindakan dan kelakuan berpola dari manusia. Wujud ini bisa diobservasi, difoto
dan didokumentasikan karena tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat
mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini adalah hasil
karya cipta manusia yang bisa diraba dan bersifat konkret. Misal : candi
borobudur, kain batik, dan gedung-gedung bangunan.
ISI UTAMA BUDAYA
Isi utama
kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia
yang bermunculan didalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri,
baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan merupakan suatu
akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami: Alam sekitar,
Alam flora di daerah tempat tinggal, Alam fauna didaerah tempat tinggal,
Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkunganya, Tubuh manusia,
Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, Ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia
melakukan tiga cara, yaitu :
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial
b) Berdasarkan pengalaman
yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (disekolah) maupun dari
pendidikan non formal (tidak resmi)
c) Melalui
petunjuk-petunjuk yang bersifat simbiolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simboliks.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang
selalu diinginkan, dicita-citakan dan
dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena
itu, sesuatu dikatakan nilai apabila memiliki unsur :
a. nilai kebenaran
(berguna dan berharga)
b. nilai estetika (indah)
c. nilai moral atau
etis (baik)
d. nilai agama (religius)
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau
masyarakat dalam menjawab atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Pandangan
hidup disebut juga nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih
secara selektif oleh individu, kelompok atau bangsa karena pandangan hidup
mengandung nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah dimensi lain diluar diri dan
lingkunganya yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia`
5. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang adalah suatu titik tolak
pemikiran yang digunakan untuk memahami suatu gejala atau kejadian dalam
kehidupan.
Persepsi
terdiri atas :
a) Persepsi sensorik, yaitu
persepsi yang tidak menggunakan salah satu indra manusia.
b) Persepsi telepati, yaitu
kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain
c) Persepsi clairvoyance,
yaitu kemampuan melihat suatu kejadian jauh dari tempat orang yang
bersangkutan`
6. Etos Kebudayaan
Etos berasal dari bahasa Inggris yang berarti watak khas.
Etos sering tampak pada gaya perilaku masyarakat, misalnya kegemaran-kegemaran
masyarakat, serta benda hasil cipta karya dilihat dari luar oleh orang asing.
Contohnya, kebudayaan Batak yang dilihat oleh orang jawa, sebagai orang yang
kasar, agresif, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan berbicara apa adanya, dan
sebaliknya, kebudayaan orang jawa yang dilihat dari orang batak, bahwa orang
jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang berlebihan, lamban,
tingkah laku yang sukar ditebak, gagasan yang berbelit-belit, feodal, serta
diskriminasi terhadap tingkatan sosial.
Sifat-sifat
budaya
Sifat-sifat budaya pada dasarnya memiliki ciri-ciri yang
sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakanfaktor ras, lingkungan alam,
atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya
dimanapun.
Sifat hakiki
dari kebudayaan diantaranya adalah :
1. Budaya terwujud dan
disalurkan dari perilaku manusia
2. Budaya ada sebelu
lahirnya generasi dan tidak akan mati sampai habisnya generasi yang
bersangkutan
3. Budaya diperlukan oleh
manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Budaya mencakup
aturan-atura yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang
diterima atau ditolak, dilarang dan yang diizinkan
Selain yang tersebut diatas, ada beberapa sifat-sifat
kebudayaan yang terjadi karena :
a. Kebudayaan
beraneka ragam, hal ini terjadi karena :
1. Manusia tidak memiliki
struktur anatomi khusus pada tubuhnya
2. Lingkungan geografis
3. Induk bangsa
4. Kontak budaya
5. Lingkungan sosialnya
b. Kebudayaan dapat
diteruskan secara sosial dengan pelajaran, yaitu :
1. Secara horisontal :
kebudayaan diteruskan melalui generasi kesatu dangan generasi selanjutnya
secara lisan
2. Secara vertikal :
kebudayaan diteruskan melalui generasi yang berbeda dengan cara tulisan atau
literarur
c. Kebudayaan
dijabarkan dalam komponen-komponen : biologi, psikologi dan sosiologi.
Tiga komponen
pembentuk pribadi, yaitu hereditas diperoleh dari sifat orangtua, primary
nature yaitu kodrat pertama sejak dalam kandungan, secondary nature yaitu
terbentuknya pribadi oleh lingkungan
d. Kebudayaan mempunyai
struktur, ada tujuh unsur :
1. Sistem religi dan
upacara keagamaan
2. Sistem organisasi
kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Sistem mata pencarahian
5. Bahasa
6. Kesenian
7. Sistem teknologi dan
peralatan
e. Kebudayaan
mempunyai nilai (Cultural Value)
Kebudayaan ini
bersifat relatif karena penafsiran antara budaya yang berbeda-beda, misalnya
budaya timur berdasarkan kerohanian, perasaan, instuisi, pasif (diam) sedangkan
budaya barat berdasarkan akal, materi, bebas, kreatif, aktif.
f. Kebudayaan
mempunyai sifat statis dan dinamis
g. Kebudayaan dapat dibagi
dalam bermacam-macam aspek, yaitu :
1. Kebudayaan rohani
(spiritual)
2. Kebudayaan kebendaan
(material cultural)
3. Kebudayaan darat (terra)
4. Kebudayaan maritim (aqua
culture)
5. Kebudayaan daerah
(kebudayaan suatu suku)
MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA KEBUDAYAAN
Kemampuan manusia dalam mengatasi kompleksitas kebutuhan
hidupnya
karena manusia mempunyai :
1. Akal, intelgensia dan
instuisi
2. Perasaan dan emosi
3. Kemauan
4. Fantasi
5. Perilaku
6. Eksternalisasi
7. Objektivasi
8. Internalisasi
Wujud Kebudayaan
Menurut J. J Honigmann (dalam
Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu :
(1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat
yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari
ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya manusia.
Tiga wujud kebudayaan menurut dimensi wujudnya :
1.
Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hiidup.
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hiidup.
2.
Kompleks aktivitas Berupa aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi, dan
sering disebut sistem sosial.
3.
Wujud sebagai benda Aktivitas manusia yang saling
berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya
manusia untuk mencapai tujuannya.Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan
benda untuk berbagai keperluan hidupnya.kebudayaan dalam bentuk fisik yang
kongkret bisa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai
pada benda yang bergerak.
Orientasi Nilai Budaya
Menggunakan 5
masalah pokok kehidupan manusia dalam sisitem nilai budaya :
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
1. Hakekat Hidup Manusia (MH)
2. Hakekat Karya Manusia (MK)
3. Hakekat Waktu Manusia (WM)
4. Hakekat Alam manusia (MA)
5. Hakekat Hubungan Manusia (MN)
Perubahan Kebudayaan
Faktor –
faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru :
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau
kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar
masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan
dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, dan ajaran ini
terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru
itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan
ajaran agama yang berlaku.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut
menentukan proses penerimaan kebudayaan baru, misal sistem otoriter akan sukar
menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya
sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur
kebudayaan yang baru.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan
yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikkan kegunaanya oleh warga
masyarakat yang bersangkutan
Penyebab
terjadinya gerak/ perubahan kebudayaan, yaitu :
• Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan
kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
• Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik
tempat mereka hidup.
Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam
jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan. lain cenderung untuk
berubah lebih cepat.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan
komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru,
khususnya teknologi dan inovasi.
Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan terjadi
dalam masa-masa silam.
Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan
masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan,
mungkin dalam lapangan perdagangan, pemerintahan dan sebagainya.Pada saat
itulah unsure-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi
besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.
Hubungan manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua
hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia
inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam
ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau
selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu
ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri
(sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk
yan g berbudaya dan lain sebagainya.
Contoh hubungan manusia dan
kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara
manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana
itu hubungan keduanya ? Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan
satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu
tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak
baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat
kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah
peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan
yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia
tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan
dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan
jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan
bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau
tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia
dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu
sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang
lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya
hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat
dilakukan dengan lebih cermat.
Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari
dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik.
Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling
bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari
fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan
pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang
lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih
dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut
sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika Hegel
yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir sebelum Hegel.
Antinomi Kantian akan numena dan fenomena menimbulkan
oposisi yang tidak terselesaikan. Kemudian Fichte
dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun
sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal
dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi
kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan
cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan
adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian
sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran
keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan
”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat
dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel
menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam
sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan
Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti,
yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan
dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan
pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak
lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam
dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini
lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar.
Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan
menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai
cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling
bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep
”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya
dalam konsep ”menjadi” (sintesis). Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep
”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal
atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah
perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang
Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah
bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak
untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis, antitesis
dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi lawannya
(antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih tinggi
dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis yang
menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis ini
sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala. Itulah Yang
Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan
(antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi pertentangan
tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis
di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri karena keduanya
merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat
dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur
bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima
oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani
hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal
ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat
sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total
menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika.
Secara umum dapat kita lihat bahwa
dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, sistem
dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini bersifat
ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk
dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki
tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea
atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial akan
dialektika Hegel. Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh
dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus akan
kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam
kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
Tahap proses
dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu
:
1. Ekstemalisasi,
yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektivasi,
yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan
yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
3. Intemalisasi,
yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa
manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan
.baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Sumber : http://novandiaji.blogspot.co.id/2015/03/makalah-ilmu-budaya-dasar-manusia-dan.html
Komentar
Posting Komentar