Tugas 4
SISTEM PEMUNGUTAN SUARA UNTUK DIASPORA
INDONESIA
Anindah
Martianingrum, Dhea Andhini, Eugenia Clarissa
Jurusan
Sistem Informasi, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat
ABSTRAK
Dunia
teknologi dan ilmu pengetahuan pada saat ini berkembang pesat, mengakibatkan
banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Maka, dengan adanya
perkembangan teknologi ini setiap pekerjaan akan dapat direalisasikan secara
lebih efisien dan efektif. Sitem Informasi dibuat untuk mempermudah dalam
pengelolaan dan penyimpanan data maka dapat menghasilkan suatu informasi yang
tepat dan akurat. Saat ini suatu bentuk informasi dan data bisa dibuat sesuai
dengan apa yang kita inginkan, dan banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk
mengembangkannya. Akan tetapi sistem pemungutan suara di Indonesia sampai
sekarang masih berjalan manual. Butuh waktu lama dan usaha besar untuk
menghitung hasil pemilihan umum. Sementara itu, diaspora Indonesia yang berada di
Timur Tengah, 80 persennya adalah pembantu rumah tangga. Akses untuk memilih
tidak diberikan oleh majikan mereka dan mereka tidak dapat mengirim surat
karena sebagaian besar alamat menggunakan PO BOX. Salah satu solusinya adalah
dengan menggunakan sistem i-voting yang bersumber dari database e-paspor.
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode MOCHA
yang mana penelitian ini menghasilkan arsitektur sistem liveness dan purwarupa
internet voting sistem untuk diaspora Indonesia.
PENDAHULUAN
Dengan
sekitar 8 juta orang, diaspora Indonesia berada pada kisaran 3% dari total
populasi di Indonesia dan tersebar di tujuh benua: Amerika Utara, Amerika
Selatan, Antartika, Afrika, Eropa, Asia dan Australia. Mereka tinggal di luar
negeri untuk belajar atau bekerja dengan berbagai latar belakang etnis,agama,
dan beragam dalam bidang ekonomi dan Pendidikan sehingga sehingga diaspora
Indonesia memiliki beragam ide, potensi dan keahlian (Indonesia, 2017).
Sistem
pemungutan suara di Indonesia sampai sekarang masih berjalan secara manual.
Butuh waktu lama dan usaha besar untuk menghitung hasil pemilihan umum. Sistem
manual juga memiliki banyak kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu untuk memanipulasi hasil pemilihan (Juari, 2017). Apalagi pada
pemilihan umum Indonesia yang digelar di luar negeri untuk diaspora Indonesia.
Misalnya pada Pemilu Legislatif Indonesia 2014 di luar negeri. Acara ini
berlangsung antara tanggal 30 Maret sampai 6 April 2014. Sementara di Indonesia
diadakan pada tanggal 9 April 2014 (Pamungkas, 2013).
Salah
satu solusinya adalah internet voting system yang bisa diakses via smartphone.
Dalam perancangannya, faktor keamanan harus dipertimbangkan untuk mendukung
pelaksanaanya berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan yang berlaku. Seperti yang
dipaparkan oleh (Adjoudanian, 2012), harus diperhatikan transmisi data antara
client dan server. Encrypting data sebelum mengirimkannya melalui client/user
adalah cara yang baik. Untuk pengiriman data, beberapa Teknik transmisi seperti
SSL, TSL dan IPSec adalah ide bagus. Titik tengah lain antara pengguna akhir
dan server haruslah aman yaitu tidak ada yang bisa mendengarkan percakapan
antara pengguna terautentifikasi dan server.
Desain
dan implementasi aplikasi pengenal wajah dengan menggunakan arsitektur awan
bernama MOCHA dan hasil kinerja awalnya dibahas oleh (Soyata, 2012).
Tantangannya terletak pada bagaimana melakukan partisi tugas dari perangkat
mobile ke cloud dan mendistribusikan beban komputasi antar cloud server
(cloudlet) untuk meminimalkan waktu respon mengingat latensi komunikasi yang
beragam dan kekuatan komputasi server itu sendiri. Hasil simulasi pendahuluan
menunjukkan bahwa algoritma pembagian tugas yang optimal secara signifikan
mempengaruhi waktu respon dengan latency heterogen dan daya hitung. Termotivasi
oleh hasil ini,mereka merancang, menerapkan, dan memvalidasi fungsi dasar MOCHA
sebagai bukti konsep, dan mengembangkan algoritma yang meminimalkan waktu
respon keseluruhan untuk pengenalan wajah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
cloudlet bertenaga tinggi secara teknis layak diterapkan dan memang membantu
mengurangi keseluruhan waktu pemrosesan saat aplikasi pengenalan wajah berjalan
di perangkat selular menggunakan awan sebagai server backend. Sayangnya MOCHA
tidak menerapkan metode liveness detection pada sistem pengenalan wajahnya.
Seperti yang dijelaskan oleh [Muliawan, 2014], metode liveness detection
disertakan dalam metode yang diusulkan untuk melawan serangan spoofing ke proses
pengenalan wajah dan sidik jari. Sistem pengenalan wajah telah diterapkan di
banyak aplikasi keamanan saat ini. Popularitasnya menarik perhatian para
peretas. Salah
satu metode yang umum
digunakan adalah dengan menunjukkan foto atau video di depan kamera untuk
menyesatkan pendeteksian sistem sebagaimana dijelaskan oleh [Yang, 2014].
Algoritma deteksi pemalsuan berbasis motion dan similarity untuk sistem
pengenalan wajah biometric dapat digunakan untuk mendeteksi video palsu dengan
kamera USB biasa. Pertama, video masukan tersegmentasi ke latar depan dan latar
belakang. Kedua, kesamaan diukur antara wilayah latar belakang, yaitu wilayah
tanpa wajah dan tubuh bagian atas, dan daerah latar belakang asli tercatat pada
tahap inisialisasi. Ketiga, indeks gerak latar belakang dihitung untuk
menunjukkan jumlah gerakan di daerah latar belakang dibandingkan dengan gerakan
di daerah latar depan. Dengan menggabungkan hasil kemiripan dan hasil indeks
gerak latar belakang, video palsu dapat dideteksi dengan kuat dengan kamera USB
biasa [Kim, 2011].
METODOLOGI
PENELITIAN
Metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perancangan arsitektur sistem,
pembuatan purwarupa, dan pengujian. Arsitektur sistem yang diusulkan dalam
penelitian ini mengacu pada arsitektur sistem MOCHA [Soyata, 2012], namun
dilakukan beberapa penyesuaian dan perbaikan agar dapat digunakan untuk sistem
yang dibahas di dalam penelitian ini, yaitu internet voting system untuk
diaspora Indonesia. Kemudian untuk pembuatan purwarupa dan pengujian
menggunakan metode extreme programming seperti yang telah
dipaparkan oleh [Lindstrom, 2004]. Metode extreme programming (XP)
menganut konsep desain yang sederhana. Tim XP membuat desainnya sesuai untuk
fungsionalitas sistem saat ini. Tidak ada kerja yang terbuang, dan perangkat
lunak / purwarupa selalu siap untuk apa yang akan ada atau ditambahkan
dikemudian hari. Di XP, dua pemrogram duduk berdampingan di mesin yang sama
untuk membangun perangkat lunak/purwarupanya. Praktik ini memastikan bahwa
semua kode ditinjau oleh setidaknya satu orang pemrogram lain, menghasilkan
desain yang lebih baik, pengujian yang lebih baik, dan kode yanglebih baik.
Penelitian tentang pemrograman berpasangan me-nunjukkan bahwa pasangan
menghasilkan kode yang lebih baik dalam waktu yang hampir bersamaan dengan
pemrogram yang
bekerja
sendiri. Benar bahwa dua kepala benar-benar lebih baik dari satu. Butuh
beberapa
latihan untuk melakukannya dengan baik. Pairing, selain memberikan
yang lebih
baik untuk pengkodean dan pengujian, juga berfungsi untuk mengkomunikasikan
pengetahuan ke seluruh tim. Sebagai pasangan, semua orang
mendapat
manfaat dari pengetahuan khusus setiap orang.
Gambar 1. Arsitektur
sistem yang diusulkan oleh (Muliawan, 2017)
Pemilih
memindai wajah menggunakan kamera pada smartphone dan memasukkan nomor
paspornya. Data tersebut kemudian dikirim melalui internet ke cloudlet dengan
menggunakan sambungan yang aman [Ajoudanian, 2012]. Cloudlet berfungsi untuk
melakukan preprocessing terhadap gambar wajah dan menentukan ke server mana
data-data akan diteruskan agar proses komputasi dapat berjalan dengan cepat
[Soyata, 2012]. Penerapan aplikasi pengenal
wajah dengan menggunakan Arsitektur cloudlet mobile bernama MOCHA (Mobile Cloud
Hybrid Architecture) platform cloud computing, dengan menggunakan
Cloud sebagai server, yang dapat mengevaluasi
kinerja wajah. Algoritma pengenalan
menggunakan arsitektur MOCHA dengan waktu respon yang cepat secara keseluruhan serta memvalidasi fungsionalitas sistem
saat permintaan dikirim dari perangkat ponsel.
Setelah itu dilakukan verifikasi data oleh mesin verifikasi.
Verifikasi
data yang dimaksud yaitu memverifikasi nomor paspor pemilih, kemudian jika
nomor paspornya benar maka akan diverifikasi ID Daftar Pemilih
Tetap
Luar Negerinya. Jika sudah terverifikasi dengan benar maka langkah selanjutnya
adalah melakukan liveness detection (mendeteksi apakah gambar wajah yang
dikirim berasal dari wajah asli atau foto/video yang diarahkan ke kamera untuk
dipindai), face detection (mendeteksi area wajah, mengabaikan area leher, bahu,
dan lain sebagainya yang tidak terkait dengan wajah), dan face recognition (mengenali
wajah pemilih berdasarkan data yang tersimpan di dalam database e-Paspor). Jika
sudah terbukti bahwa yang bersangkutan adalah orang yang benar-benar berhak
untuk memilih, maka langkah selanjutnya adalah proses voting.
Pembuatan
purwarupa menggunakan kakas bantu Android Studio.
Purwarupa
dirancang agar dapat diakses menggunakan berbagai macam smartphone dengan
beragam dimensi untuk layarnya. Purwarupa dalam penelitian ini hanya berfokus
pada mesin verifikasi dan voting. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
mesin verifikasi berfungsi untuk memverifikasi nomor paspor pemilih yang
di-cross check di database e-Paspor (dalam bentuk dummy di localhost). Kemudian
jika nomor paspornya benar maka akan diverifikasi ID Daftar Pemilih Tetap Luar
Negeri-nya yang di-cross check di database Komisi Pemilihan Umum (dalam bentuk
dummy di localhost). Jika proses verifikasi telah dilalui dengan baik, maka
(dalam purwarupa ini)
langkah
selanjutnya adalah proses voting. Hasil voting kemudian disimpan ke dalam
database i-voting (lihat kembali gambar arsitektur sistem yang diusulkan). Langkah
terakhir adalah pengujian terhadap purwarupa yang telah dihasilkan. Pengujian
dilakukan dengan pertama-tama memasukkan nomor paspor, kemudian menuju ke
proses verifikasi, lalu diakhiri dengan proses voting. Terlihat bahwa
keseluruhan proses di dalam purwarupa ini telah berjalan sesuai harapan
(Muliawan, 2017).
SIMPULAN
Penelitian
ini telah menghasilkan sebuah arsitektur sistem dan purwarupa internet voting
untuk diaspora Indonesia yang diharapkan kedepannya dapat berguna untuk
meningkatkan kualitas serta dapat mengurangi waktu dan biaya proses pemungutan
suara.
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut agar metode yang digunakan bisa diperbaharui
atau dikembangkan dengan sedemikian rupa yang lebih modern.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajoudanian, Sh, and M.
R. Ahmadi. "A novel data security model for cloud
computing."
International Journal of Engineering and Technology 4.3
(2012): 326.
Harma Oktafia Lingga
Wijaya. “E-voting berbasis website pada pemilihan kades di desa
rantau jaya (lake)
dengan keamanan data menggunakan enkripsi base 64” Volume (2) No. 1 Juli 2017.
Indonesia, Diaspora.
Tentang Jaringan Diaspora Indonesia.
http://www.diasporaindonesia.org/index.php/about/idn
(23 Agustus 2017)
Juari, Muhamad
Ardhinata, Supeno Djanali, and Hudan Studiawan. "Implementasi
Teknologi Nfc Pada
Ponsel Pintar Sebagai Agen Autentikasi Dalam Sistem
E-Vote." Jurnal
Teknik ITS 6.1 (2017): 5659.
Kim, Younghwan,
Jang-Hee Yoo, and Kyoungho Choi. "A motion and similaritybased
fake detection method
for biometric face recognition systems." IEEE
Transactions on
Consumer Electronics 57.2 (2011).
Kohno, Tadayoshi, et
al. "Analysis of an electronic voting system." Security and
Privacy, 2004.
Proceedings. 2004 IEEE Symposium on. IEEE, 2004.
Muliawan, I Wayan.
"Development of internet voting system for Indonesia with the
novel multi-biometric
method." Medical Imaging in Issue and Information
Technology (MEDIMGIT),
2014 Workshop and Doctoral Colloquium on.
Gunadarma University,
2014
Pamungkas, Sigit. Pileg
2014 di Luar Negeri Sepekan Lebih
Awal.http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/11/19/mwi4qkpileg-
2014-di-luar-negeri-sepekan-lebih-awal
(23 Agustus 2017)
Soyata, Tolga, et al.
"Cloud-vision: Real-time face recognition using a mobilecloudlet-
cloud acceleration
architecture." Computers and Communications (ISCC), 2012 IEEE Symposium
on. IEEE, 2012.
Supriyadi, Wahid.
Pemilu Luar Negeri Terganjal Tiga Hal.
https://m.tempo.co/read/news/2014/04/24/269572787/pemilu-luar-negeriterganjal-tiga-hal
(23 Agustus 2017)
Wolchok, Scott, et al.
"Attacking the Washington, DC Internet voting system."
International
Conference on Financial Cryptography and Data Security.
Springer, Berlin,
Heidelberg, 2012.
Yang, Libin. "Face
liveness detection by focusing on frontal faces and image
backgrounds."
Wavelet Analysis and Pattern Recognition (ICWAPR), 2014
International
Conference on. IEEE, 2014.
T. Soyata, R.
Muraleedharan, J. H. Langdon, C. Funai, M. Kwon, and W. B.Heinzelman, “Mobile cloud-based compute/communications infrastructure
for battlefield applications” in SPIE Defense, Security, and Sensing 2009.
Modeling and Simulation for Defense Systems and Applications VII. 2012, vol.
8403, SPIE.
Komentar
Posting Komentar